Monday, February 14, 2011

Phobia Nasi pada Anak karena Pola Makan

image ENGGAN bahkan tidak mau makan nasi sejak kecil hingga dewasa bisa disebut kelainan. Tapi hal ini memang tak jarang terjadi pada anak, juga orang dewasa.
Tubuh anak menolak untuk makan nasi. Bahkan merespon dengan memuntahkan semua yang dimakan sebelum makan nasi. Kurangnya karbohidrat menyebabkan beberapa gangguan seperti susah berkonsentrasi dan cepat tersulut emosi.
Orang tua juga harus memperhatikan perkembangan berat badan dan tinggi badan anak. Karena tidak terpenuhinya asupan gizi menimbulkan berbagai gangguan seperti berat badan kurang (underweight).
Kelainan makan jenis ini disebut phobia makanan. Menurut Dr. dr. Damyanti, SpA dokter spesialis anak RSCM, ada dua hal yang mempengaruhi anak tidak mau makan nasi.
Pertama, karena pengaruh pola makannya. Dari bayi hingga saatnya anak makan nasi, ada tahap pengenalan makanan pada anak. Di sini orangtua memegang peranan penting untuk mengenalkan asi, bubur, tim hingga nasi. Jika proses itu tak dilalui dengan benar, anak tak akan terbiasa makan dengan mengunyah, melainkan langsung menelan.
Kedua, orang tua biasa menyajikan makanan yang monoton, sehingga anak tidak berselera dengan makanan yang lain.
Menurut Dr Endang Darmoutomo MS SpGK, kesulitan makan pada anak terdapat dua jenis, meliputi fisiologis dan patologis. Gejala fisiologis misalnya hanya mau makan itu-itu saja dan malas mengunyah, atau beberapa kasus anak suka mengemut makanannya dan takut muntah saat melihat makanan tertentu.
Untuk phobia nasi tergolong tanggapan terhadap gangguan fisik berupa gangguan muntah (fisiologis). Sedangkan yang tergolong patologis seperti anorexia nervosa dini.
Faktor penyebabnya ialah faktor prepetuate yakni masalah yang sebenarnya bisa cepat diselesaikan namun justru menjadi berkepanjangan. Hal ini tergantung sikap orang tua.
Hal itu bisa disiasati dengan variasi menu makanan. Beberapa pakar mengatakan bahwa makan nasi bukan keharusan, asal porsi karbohidratnya terpenuhi melalui sumber lain misal kentang, ketela, mie instan, jagung, sagu. Asalkan dengan kalori yang sesuai dan cukup di usianya.
Orangtua juga dapat mengkombinasikan makanan yang bergizi dengan berbagai bentuk varian.
Beberapa cara dilakukan seperti berkonsultasi dengan dokter dan hipnoterapi. Hipnoterapi, seperti namanya, yakni metode seperti hipnotis sebagai terapi untuk mengatasi phobia.
Mulanya pasien disugesti untuk meresapi kata-kata untuk menghilangkan ketakutannya pada makanan tertentu, kemudian terapis menerapkan totok pada bagian-bagian tubuh agar bagian yang selalu merespon negatif tak lagi demikian.
(berbagai sumber/fitri/CN16)

sumber : suaramerdeka.com

No comments:

Post a Comment